DAMPAK TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN DAYA PIKIR ANAK USIA DINI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman
sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita
secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak
terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang
ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya
ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan bagi
anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar
anak. Televisi menjadi sarana yang paling banyak di minati oleh masyarakat
karena dapat dijadikan sebagai saran hiburan.
Dengan berbagai acara yang
ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada
sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu
membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi
acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak
lebih suka berlama-lama di depan televisi daripada belajar, atau bahkan banyak
anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena televisi. Ini merupakan suatu
masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus
bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Sebagian besar tayangan televisi
adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik
fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa
sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi. Dengan
demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang
mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan
mengikuti acara televisi yang ia tonton.
Jika kita kaji lebih jauh, sebenarnya media massa televisi
mempunyai fungsi utama yang harus diperhatikan yaitu fungsi informatif,
edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau
pemahaman-pemahaman. Namun jika dlihat kenyataannya sekarang ini,
acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan rekreatif saja.
Sedangkan fungsi edukatif merupakan fungsi yang sangat penting untuk
disampaikan atau diinformasikan sedikit sekali. Hal ini bisa kita lihat dari
susunan acara-acara televisi, kebanyakan hanya acara-acara sinetron yang marak
terdapat diberbagai channel televisi. Selain itu acara-acara infotainment yang
membuat penontonnya terobsesi dengan gosip-gosip para artis. Sedangkan
acara-acara yang mengarah kepada edukatif atau pendidikan kecil sekali
frekuensinya.
Sebagai media audio visual, TV mampu merebut beberapa saluran
masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan
telinga. TV mampu membuat orang pada umumnya mengingat dari apa yang mereka
lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Dengan
demikian terutama bagi anak-anak pada umumnya selalu meniru apa yang mereka
lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti
acara televisi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang
lebih kepada edukatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika
yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung
unsur-unsur negatif atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal
ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang
menonton acara televisi tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini yaitu “Apa Dampak
Tayangan Televisi terhadap Daya Pikir Anak Usia Dini”?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, karya tulis ilmiah ini
bertujuan untuk mengetahui dampak tayangan televisi terhadap daya pikir anak
usia dini.
1.4
Manfaat
Penulisan
Dari penulisan karya ilmiah ini diharapkan mendatangkan
manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang
dampak negative dan positif tayangan
yang ada ditelevisi .
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1
Tayangan Televisi
Tayangan menurut bahasa
adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan), pertunjukan (film, dan
sebagainya) persembahan. Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Sistem ini
menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang
elektrik dan mengkorvesinya kembali ke dalam cahaya dan suara yang dapat di
dengar.
Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai
dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa
dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat
dilihat dan bunyi yang dapat didengar.
Jadi, tayangan televisi adalah suatu penyiaran gambar atau
acara yang lama, tergantung sejauh mana anak tersebut mau menerima realitas
luar dirinya. Antara orang tua dan anak-anak tidak adanya garis demarkrasi yang
mana dalam keluarga adanya hubungan timbal balik. Ranah kontekstual yang
diperhatikan ialah sejauh mana orang tua mengtransformasikan nilai, norma, dan
budaya kepada anak-anak.
2.2
Daya Pikir
Daya pikir disebut juga sebagai
kemampuan kognitif sering diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang anak
untuk berfikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang
mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung
oleh kemampuannya bertanya.
Berk (http://paud-uny.blogspot.com/2011/01/pembahasan-mengembangkan-daya-pikir.html
diakses pada tanggal 29
januari pukul 20:57)
menerangkan bahwa kemampuan kognitif menunjuk kepada proses dan produk dari
dalam akal pikiran manusia yang membawanya untuk tahu. Dalam hal ini termasuk
semua kegiatan mental manusia yang meliputi: mengingat, menghubungkan,
menggolongkan, memberikan symbol, mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta dan
membayangkan kejadian dan mimpi.
2.3 Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6
tahun.. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak
sehingga disebut golden age. Anak Usia Dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Anak Usia Dini
belajar dengan caranya sendiri. Bila ditinjau dari hakikat anak usia dini, maka
anak memiliki dua aspek perkembangan yaitu biologis dan psikologis. Pada anak
usia dini terjadi perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan terjadi sangat
pesat. Selain itu, organ sensoris seperti pendengar, penglihatan, penciuman,
pengecap, perabaan, dan organ keseimbangan juga berkembang pesat.
Anak usia
dini
dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara
logis, yang ditandai dengan pemikiran sebagai berikiut:
·
Berpikir secara konkrit, dimana anak
belum dapat memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti
keadailan dan cinta)
·
Egosentris, yaitu melihat segaa sesuatu
hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari
sisi lain.
·
Realisme, yaitu kecendrungan yang kuat
untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata.
·
Animisme, yaitu kecendrungan untuk
berpikir bahwa semua objek yang ada di lingkungannya memiliki kualitas
kemanusiaan sebagaimana dimiliki anak.
·
Kecendrungan untuk berpikirs sederhana
dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk.
·
Sentrasi, yaitu kecendrungan untuk
mengkonsentrasikan dirinya pada suatu aspek dari situasi tertentu.
·
Anak usia dini dapat dikatakan memiliki
imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal
munculnya bibit kreatifitas pada anak.
Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian anak usia dini
adalah kondisi anak yang berusia dua sampai enam tahun, yang berada pada tahun
perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakter berpikir konkrit,
realisme, sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinas
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Dampak Tayangan Televisi Terhadap Daya Fikir Anak Usia Dini
Kita akui, tayangan
televisi seperti sinetron hanya sebatas rekaan sutradara yang tak mesti sejalan
denga realitas pergaulan remaja kita sehari-hari. tetapi, karena TV telah
menjadi media publik yang ditonton secara luas, termasuk kalangan anak-anak,
maka akan memberi dampak kurang positif jika isinya bersifat vulgar. Di samping
itu, judul sinetron yang selalu mengambil topik-topik tentang percintaan dan pacaran
sedikit banyak akan mengajari anak-anak untuk berpacaran, tampil sexy, bergaya
hidup trendy dan berorentasi yang penting happy. Walaupun tayangan ini belum
tentu ditiru namun tetap akan mengontaminasi pikiran polosnya. Karena efek
tayangan TV selama ini terbukti cukup ampuh bagi mereka. Simak saja, tingkah
laku sebagian anak-anak remaja kita yang sangat mengidolakan tokoh-tokoh film
percintaan dan sejenisnya.
Kecemasan orangtua terhadap dampak menonton televisi bagi
anak-anak memang sangat beralasan, mengingat bahwa banyak penelitian
menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh baik negatif
maupun positif. Yang dikhawatirkan dari kalangan orang tua adalah anak-anak
yang belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan
tidak pantas, karena media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Anak-anak lebih bersifat pasif dalam
berinteraksi dengan TV, bahkan seringkali mereka terhanyut dalam dramatisasi
terhadap tayangan yang ada di televisi. Disatu sisi TV menjadi sarana sebagai
media informasi, hiburan bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi
lain TV dapat menularkan efek yang buruk bagi sikap, pola pikir, perilaku anak.
Televisi tidak bisa dipungkiri, kini boleh jadi telah menjadi
pengasuh setia masyarakat. Tak terkecuali anak-anak. Yang jadi masalah, kalau
anak-anak menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usianya. Misalnya,
tayangan seks dan kekerasan. Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya, akan
mudah sekali terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang
ditontonnya, dan pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa. Oleh sebab itu
para orang tua senantiasa diingatkan untuk menerapkan kontrol yang ketat
terhadap kebiasaan menonton tivi bagi anak-anaknya. Karena kalau tidak dimulai
dari sekarang, dampaknya sangat membahayakan buat perkembangan jiwa mereka.
Kekerasan di TV membuat anak menganggap kekerasan adalah
jalan untuk menyelesaikan masalah. Dampak menonton televisi bagi anak-anak.
Antara lain bisa menimbulkan ketagihan dan ketergantungan serta pola hidup konsumtif
di kalangan anak-anak. Anak-anak akan merasa pantas untuk menuntut apa saja
yang ia inginkan. Terlepas dari baik buruknya tayangan televisi
yang ditonton seorang anak, pola menonton tivi yang tidak terkontrol
akan menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak.
3.1.1
Dampak Negatif Tayangan Televise Terhadap Daya Fikir Anak
Dampak negatif dari acara televisi lebih besar daripada
dampak positif pada perkembangan anak. Dari televisi, anak-anak dapat
menyaksikan semua tayangan termasuk yang belum layak mereka tonton, mulai dari
kekerasan dan kehidupan seks. Dampak-dampak negatif dalam acara televisi
antara lain:
·
berpengaruh
terhadap perkembangan otak
·
menurunnnya
atau hilangnya minat membaca dan motivasi anak sehingga anak tidak mempunyai
semangat belajar
·
perubahan
perilaku pada karekter dan mental penontonnya
·
menjadikan
anak menjadi konsumtif karena tayangan iklan yang menawarkan berbagai macam
produk
·
memikat
dan membuat ketagihan sehingga anak menjadi malas belajar
·
mengurangi
kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi menjadi manusia individualais
dan sendiri
·
Meningkatnya
agresifitas dan kriminalitas
·
terlalu
sering nonton televisi dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki
pola fikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan
mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, dan perkembangan kognitifnya
Siaran-siaran televisi telah meracuni otak anak-anak dengan
berbagai macam tayangan yang belum sepantasnya menjadi tontonan mereka.
Anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana
yang pantas dan tidak pantas. Mereka hanya tahu bahwa televisi itu bagus,
mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti
acara demi acara berikutnya. Media televisi mempunyai daya tiru yang sangat
kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak negatif ini menjadi
perhatian orang tua untuk membatasi waktu menonton televisi, mengawasi serta
menyeleksi tayangan yang pantas ditonton oleh anak-anak.
Selain itu ada 3 hal
utama yang merupakan dampak negative bagi anak :
1.
Anak
menjadi pribadi yang terbiasa membuang-buang waktu
Dengan menonton televisi seringkali orang yang menyaksikan
tayangan favoritnya di televisi menjadi lupa akan waktu. Terlebih anak usia
dini yang belum dapat menyaring dengan tepat mana kebiasaan yang baik dan
buruk. Tayangan televisi membuat anak-anak betah berlama-lama di depan layar
kaca dari pagi hari hingga larut malam.
2.
Mengganggu
kesehatan anak
Kebiasaan menonton televisi setiap harinya rata-rata
menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan berjam-jam di depan televisi tubuh
anak tidak melakukan kegiatan fisik yang berarti, bahkan cenderung diam di
posisi yang sama selama berjam-jam. Kondisi seperti ini tidak menutup
kemungkinan bahwa aspek perkembangan fisik anak terganggu.
3.
Pribadi
anak menjadi individualis
Kegiatan menonton televisi, jaman
modern ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas.Para orangtua dirumah sudah
terbiasa lagi untuk mengasuh anaknya dengan televisi di dalam rumah daripada
membiarkan anak-anak bermain di luar rumah.Orangtua seringkali sibuk sendiri
dengan urusannya, sementara itu anaknya dibiarkan berteman dengan media
televisi.
3.1.2 Dampak Positif Tayangan
Televisi Terhadap Daya Pikir Anak
Pengaruh-pengaruh positif televisi bagi anak-anak sebagai
berikut:
1. Aspek kognitif
Televisi memberikan suguhan informasi, ide,
dan peristiwa yang membantu anak-anak untuk berkembang dalam berpikir. Masa
kanak-kanak dihadapkan pada realitas yang berada di luar kemampuan akal
budinya. Dalamnya terdapat unsur skeptisisme yang menjadi ciri khasnya. Lewat
tayangan televisi anak-anak dibantu untuk berlatih bertanya dan terus berpikir
tentang sesuatu yang membingungkan bagi dirinya. Daya nalarnya bisa berkembang
dan ingin mencari jawaban dari permasalahan tersebut. Kemampuannya untuk
berpikir berakibatkan pada mental anak untuk terus mencari informasi.
Selain itu, televisi memperluas wawasan anak-anak dan
pengetahuan yang lebih luas yang mungkin tidak didapatnya di bangku pendidikan.
Materi pelajaran pun bisa bertambah misalnya mencari literatur bahan pelajaran.
Anak-anak mentransformasikan pendidikannya dalam televisi sebagai model dan
acuan yang sangat berguna bagi perkembagannya. Orang tua pun dapat membentuk
kegiatan home schooling sebagai jalan subtitusi pendidikan formal.
2.
Aspek emosi
Dengan menonton televisi, anak dapat bertindak cekatan,
inovatif, tahu bekerja keras seperti yang ia tonotn pada televisi. Televisi
mendorong anak bertindak dengan layarnya sebelum melakukan sesuatu. Selain itu,
acara-acara yang ditayangkan dalam televisi menjadi acuan motivasi bagi
anak-anak agar dapat berkembang sesuai dengan keinginan mereka. Cita-cita dapat
dibentuk dengan melihat tokoh-tokoh yang diperankan dan bagaimana cara dan
proses untuk mendapatkannya misalnya menjadi dokter atau tentara.
3.
Aspek sosial
Anak-anak dapat mengetahui semua kejadian yang terjadi di
luar dirinya yang hanya mengenal orang lain lewat pengalaman pribadinya. Ia tak
hanya mengenal keluarga dan lingkungannya saja tetapi lebih luas wilayahnya.
Semua hal dapat diketahuinya misalnya pekerjaan, olahraga, dan realitas
lainnya. Anak-anak dapat mengingat dan memahami apa yang disajikan oleh
televisi dan menimbulkan efek bagi kehidupan mereka secara intens. Mereka
menafsirkan kekerasan di dalam televisi sebagai perilaku yang direstui dan
model yang ditiru dalam masyarakat, maka pengaruhnya akan berbeda ketimbang
apabila mereka mengartikannya sebagai perilaku yang tidak baik.
4.
Aspek fisik
Televisi menjadi tempat hiburan bagi anak-anak. Mereka
mendapat tayangan yang sesuai dengan selera. Hiburan yang ia dapatkan di tempat
permainan tak memuaskan hatinya. Hiburan yang disajikan pun bersifat endemis
misalnya game, komedi, kartun, drama, dan musik. Fisiknya pun ikut
berubah. Ia dapat menggerakkan imajinasinya dengan menirukan apa yan ia tonton.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Televisi
merupakan salah satu perangkat dari media massa yang merupakan bagian dari
media komunikasi. Adanya televisi telah menyebabkan berbagai fenomena karena
dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi penontonnya, khususnya
anak-anak. Tanpa disadari televisi sedikit demi sedikit telah mengubah perilaku
dan pola berpikir mereka yang sedang mengalami masa perkembangan. Adapun
beberapa manfaat televisi antara lain adalah informatif, menghibur, dan mendidik.
Dari beberapa manfaatnya, ternyata televisi juga dapat memberikan dampak
negatif, yaitu dapat mengganggu konsentrasi anak, anak menjadi tidak kreatif,
membentuk pola pikir sederhana, membuat anak menjadi konsumtif, terbentuknya
sikap negatif akibat tayangan yang buruk. Namun, dampak negatif itu dapat
diatasi dengan adanya peranan penting orang tua dan pendidikan lebih lanjut
oleh guru.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan uraian
diatas yaitu :
1. Setiap Orangtua harus bisa mengontrol
tontonan anaknya. Disamping itu orang tua juga harus bisa menjadi kontrol bagi
pihak penyiar televise untuk memberikan saran ataupun kritikan bahkan menentang
acara televisi yang bisa berdampak negatif bagi pemirsannya.
2. Bagi Pemerintah harus melakukan penyaringan
terhadap setiap acara televisi, serta harus adanya standarisasi film yang
layang untuk di tayangkan atau tidak layak.
3. Bagi pihak yang berwajib hendaknya
menggiatkan peraturan yang telah ada dalam melindungi anak ± anak dari
kekeliruan dan kesalahan persepsi tentang tayangan yang tidak sesuai mereka
tonton.
4. Bagi pihak penyiar televisi,
seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi harus mempertimbngkan
dampaknya dari acara tersebut. Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi
agar fungsi dari televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan
sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang
lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelduniaanak.blogspot.com/2013/03/memahami-pengertian-anak-usia-dini.htm (diakses pada tanggal 30
januari 2015 pukul 15:37)
https://catatantian.wordpress.com/2014/02/06/a-pengertian-anak-usia-dini/ (diakses pada tangga 30
januari 2015 pukul 15:40 )
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/pengaruh-tayangan-televisi-terhadap.html (diakses pada tanggal 30
januari 2015 pukul 14:04)
http://paud-uny.blogspot.com/2011/01/pembahasan-mengembangkan-daya-pikir.html (diakses pada tanggal 29
januari pukul 20:57)
https://raniyuliandani.wordpress.com/2009/05/26/pengaruh-televisi-terhadap-perkembangan-anak/ (diakses pada tangga 30
januari 2014 pukul 16:36)
https://yorisdampuk93.wordpress.com/life/televisi-dan-anak-anak/ (diakses pada tanggal 30
januari 2015 pukul 17:00)
RIWAYAT HIDUP
Reni Nurmia lahir
di Sausu Trans pada tanggal 03 juni 1997, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak suwito dan ibu yatmiati.
Pendidikan sekolah dasar di MIN Parigi di Sausu dan tamat pada tahun 2009,
sekolah pendidikan menengah pertama di MTsN Parigi di Sausu dan tamat pada tahun 2012,
serta pendidikan menengah atas di MAN SAUSU sampai sekarang menduduki kelas 3
jurusan IPA.
Nora Novita
Andriani lahir di Sausu Trans pada tanggal 14 november 1996, anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan bapak Tukijan dan ibu Sumiatun. Pendidikan sekolah
dasar di SD Inpres 2 Sausu dan tamat pada tahun 2009, sekolah pendidikan
menengah pertama di MTsN Parigi di Sausu dan tamat pada tahun 2012, serta pendidikan
menengah atas di MAN Sausu sampai sekarang menduduki kelas 3 jurusan IPA.
Komentar
Posting Komentar