Makalah :Kajian Pustaka dan Hipotesis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah
adalah suatu usaha penyelidikan yang sistematis dan cermat tentang suatu pokok
persoalan atau subjek tertentu untuk menentukan atau memperbaiki fakta-fakta,
teori-teori, atau aplikasi. Pengertian penelitian ilmiah ini sejalan dengan batasan
yang dikemukakan oleh Vockell & Asher (1995). Penelitian ilmiah menurut
kedua pakar tersebut didefinisikan, “scientific
research is a diligent and systematic inquiry or invetigation of a subject to
discover or revise facts,theories, or
applications.”
Suatu penelitian ilmiah
bukanlah suatu kgiatan atau aktifitas yang hanya mempersoalkan kepastian,
tetapi ia juga ingin mencari berbagai alternatif jawaban suatu masalah atau
fenomena apakah dalam lingkup sosialmaupun masalah-masalah laboraratoris. Maka
dari itu penelitian memeiliki tujuan ingin menemukan prinsip-prinsip umum untuk
menafsirkan tingkah laku yang dapat digunakan untuk menerangkan dan
mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingku pendidikan. Dalam menyusun
penelitian diperlukan sumber-sumber pengetahuan
yang dapat dikelompokkan, yaitu ; pengalaman, otoritas, cara erfikir deduktif,
cara berfikir induktif, dan pendekatan ilmiah.
Sebelum melaksanakan
penelitian, peneliti harus melakukan survey secara sungguh-sungguh mengenai apa
yang telah diketahui orang dalam bidang yang diamatinya itu. Peneliti harus
berkecimpung dibidang penelitiannyanuga harus mengetahui bagaimana menemukan,
menyusun dan menggunakan kepustakaan dalam bidang mereka.
Namun, kebanyakan
peneliti kurang memahami penyusun kajian pustaka dan penyusunan hipotesis. Oleh
karna itu, pada makalah ini akan dibahas tentang penyusunan kajian pustaka dan
penyusunan hipotesis.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara penyusunan kajian
pustaka?
2. Bagaimana cara penyusunan hipotesis?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui cara penyusunan kajian pustaka
2.
Untuk
mengetahui cara penyusunan hipotesis
1.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
A.
Pengertian
Kajian Pustaka
Pengkajian
teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka. Karena teori
secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan. Nazir
(2005: 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain dari
mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan
untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah
berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah
dibuat sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.
Kajian pustaka
menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 276), memiliki tiga pengertian yang berbeda.
1. Kajian pustaka
adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik
yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi.
2. Kajian pustaka
sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori
yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian
peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori.
3. Kajian pustaka
adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian
yang sedang dikaji.
Menurut Pohan
(2007:42) kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka) bertujuan mengumpulkan data
dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang pernah
berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah,
catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di
perpustakaan. Selain itu, kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan
terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat. Dasar
pertimbangan perlu disusunnya kajian pustaka dalam suatu rancangan penelitian
didasari oleh kenyataan bahwa setiap objek kultural merupakan gejala
multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali secara
berbeda-beda, baik oleh orang yang sama maupun berbeda (Ratna, 2010).
Berdasarkan
pendapat ahli di atas kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan
dengan objek penelitian yang pernah dibuat yang digunakan untuk menganalisis
objek penelitian yang dikaji.
B.
Cara Menyusun Kajian Pustaka
Menurut cara
penyajiannya, kajian pustaka dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a)
penyajian sesuai dengan tahun penelitian; dan (b) penyajian disesuaikan
relevansi, kedekatannya dengan objek (Ratna, 2010: 278)
a. Sesuai dengan
Tahun Penelitian
Cara penyajian kajian pustaka dalam jenis ini disajikan
secara kronologis dengan pertimbangan bahwa aspek kesejarahan memiliki makna
tertentu dalam menentukan objektivitas penelitian seperti dilakukan dalam
berbagai analisis persepsi masyarakat.
b. Sesuai dengan
Relevansi dan Kedekatan dengan Objek
Cara kedua dilakukan dengan pertimbangan relevansi
kedekatan penelitian dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Sebagai
penelitian ilmiah cara kedua ini dianggap lebih baik dengan pertimbangan bahwa
penelitian yang dilakukan memang baru berbeda dengan penelitian lain. Selain
itu, penelitian yang memiliki relevansi paling kuat yang mengantarkan peneliti
untuk melakukan penelitian selanjutnya sekaligus menghindarkan terjadinya
duplikasi.
Selain kedua
jenis di atas, terdapat pula dua cara penyajian kajian pustaka yang berbeda,
yaitu (a) secara deskriptif; (b) secara deskriptif dengan analisis ( Ratna, 2010:
278).
a. Penyajian
kajian Pustaka secara Deskriptif
Penyajian kajian pustaka secara deskriptif ini hanya
menguraikan tanpa menyebutkan persamaan dan perbedaannya dengan pertimbangan
bahwa analisis akan diuraikan pada bab berikutnya
b. Penyajian
Kajian Pustaka secara Deskriptif dengan Analisis
Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan
analisis selain berbentuk deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan
dan persamaannya.
Dengan
demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis dalam kaitannya
dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah menolak, mengkritik,
menerima, dan atau yang lainnya.
Penyusunan
kajian pustaka meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
a.
Membaca karya-karya ilmiah hasil
penelitian sebelumnya yang terkait
b.
Mencatat hasil intrepretasi terhadap
bahan-bahan bacaan
c.
Menyusun kajian pustaka berdasarkan
hasil analisis terhadap karya ilmiah sebelumnya yang relevan.
C.
Sumber Kajian Pustaka
Berikut
dijelaskan beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperoleh
teori-teori yang relevan.
1. Buku Teks
Buku teks
adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang
tidak tentu (Nazir, 2005: 106). Buku teks berkenaan dengan suatu bidang ilmu
yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam mata
kuliah tertentu.
2. Jurnal
Jurnal adalah
majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang
diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah (Nazir, 2005: 106). Jurnal yang berisi
hanya ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang dinamakan review
journal atau abstract journal. Review journal adalah
majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang dipersingkat dalam suatu cabang
pengetahuan.Abstract journal adalah majalah ilmiah yang berisi
singkatan atau ikhtisar (judul, metode serta kesimpulan) dari artikel-artikel
pada jurnal-jurnal terbaru.
3. Periodical
Menurut Nazir
(2005: 107) periodical adalah majalah ilmiah yang diterbitkan
secara berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yang berisi
hasil penelitian yang dikerjakan.
4. Yearbook
Yearbook adalah buku
mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang diterbitkan tiap tahun oleh
lembaga pemerintah atau swasta, yang diterbitkan setiap tahun. Ada kalanya tiap
tahun yearbookyang dikeluarkan membahas suatu masalah bidang ilmu
(Nazir, 2005: 107).
5. Buletin
``` Nazir (2005:
107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan
secara berkala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun petunjuk-petunjuk
ilmiah tentang satu kegiatan operasional. Biasanya dikeluarkan oleh lembaga
negara ataupun oleh himpunan profesi lilmiah. Tiap buletin biasanya berisi satu
artikel saja. Jika bulletin berisi satu artikel mengenai hasil penelitian,
sering disebut contributions.
6. Circular
Circular adalah tulisan
ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara atau swasta
seperti universitas, lembaga penelitian, dinas-dinas dan sebagainya (Nazir,
2005: 108).Circular diterbitkan dengan interval tidak tentu.
7. Leaflet
Leaflet berisi karangan
kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh lembaga negara atau
swasta, dengan interval yang tidak tetap.
8. Annual Review
Annual
review berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah
diterbitkan selama masa setahun atau beberapa tahun yang lampau. Dalam
menggunakan annual review, dimulai dengan mencariannual
review terbaru kemudian mundur ke jilid-jilid sebelumnya.
9. Off Print
` Adakalanya
perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yang terlepas dari majalah
atau dari buku teks. Bahan demikian dinamakan off print.
10. Reprint
Reprint merupakan satu
dari artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah ilmiah kemudian dicetak ulang
oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
11. Recent Advance
Nazir (2005:
109) menyatakan bahwa recent advance adalah majalah ilmiah
yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh dalam review journals.
12. Bibliografi
Menurut Nazir
(2005: 109) bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang
membahas bidang ilmu tertentu. Dalam buku tersebut diberikan judul, pengarang,
tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber mana artikel
tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku referensi pada perpustakaan.
Pembaca dengan membaca buku ini memperoleh petunjuk mengenai artikel-artikel
yang berguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam buku atau majalah ilmiah
mana artikel tersebut dapat diperoleh.
13. Handbook
Handbook adalah buku
kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta yang biasanya berisi
petunjuk-petunjuk tentang suatu masalah tertentu, ataupun tentang sutau
fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja mempunyai
pengarang, ataupun tanpa pengarang, tetapi dikumpulkan oleh suatu instansi
tertentu (Nazir, 2005: 110).
14. Manual
Manual adalah
buku petunjuk tentang mengerjakan atau melakukan sesutau secara terperinci.
Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur, melakukan
kegiatan atau memakai sesuatu secara benar (Nazir, 2005: 110).
D.
Manfaat Kajian Pustaka (Penelitian
Sebelumnya yang Relevan)
Menurut Nyoman
Kutha Ratna (2010:277) ada empat manfaat dari kajian pustaka yaitu:
a.
Dapat menghindarkan kita dari
terjadinya peniruan, plagiasi, dan penipuan dalam berbagai bentuknya.
b.
Sebagai tanggung jawab moral ,
kejujuran bagi seorang ilmuwan untuk menghargai pendapat orang lain.
c.
Menunjukkkan bahwa masalah yang
diteliti memang kaya makna sehingga layak untuk dibicarakan kembali.
d.
Menjelaskan bahwa penelitian yang
dilakukan memang berbeda, sekaligus menunjukkan bahwa dalam penelitian yang
sedang dilakukan akan ditunjukkan hal-hal baru yang berbeda dengan penelitian
lain.
E.
Menetapkan landasan Teori yang Kukuh
Setelah
menyusun kajian pustaka, yang berisi deskripsi analitis bahan bacaan dari hasil
penelitian sebelumnya yang relevan, langkah selanjutnya adalah menyusun
landasan teori. Landasan teori adalah pembicaraan tentang teori, bagaimana
konsep-konsepnya, siapa yang menggagas, kapan ditemukan, dan sebagainya. Kajian
pustaka adalah pustaka yang secara khusus berkaitan dengan objek formal. Dengan
kata lain landasan teori bersifat umum dan kajian pustaka bersifat khusus
(Ratna, 2010: 281).
Terdapat lima
hal yang diperhatikan dalam penyusunan landasan teori (Ratna, 2010: 283)
1.
Teori harus disusun secara hierarkis,
teori disusun dari yang paling relevan kemudian ditambah dengan teori pelengkap
atau komplementer.
2.
Menghindari penggunaan secara eksplisit
teori tertantu untuk menganalisis masalah tertentu dan aplikasinya pada bab-bab
tertentu. Cara demikian dapat terjadi pemisahan masalah yang satu dengan
masalah yang lain.
3.
Menggunakan teori yang paling baru.
Seperti diungkapkan oleh Sugiyono (2007: 144), referensi yang usianya lebih
dari lima tahun diterbitkan dianggap kurang mutakhir.
4.
Menggindari penggunaan teori yang
hakikatnya berlawanan.
5.
Landasan teori hendaknya mengandung
lima unsur sebagai berikut:
·
Judul teori, misalnya semiotika,
feminis, konstruktivis, dll.
·
Penemu atau penggagas
·
Konsep-konsep kunci
·
Sejarah perkembangan secara singkat
·
Bagaimana penggunaannya dengan
contoh-contoh secara nyata sesuai dengan objek.
Menurut
Sugiyono (2007: 144) yang perlu diperhatikan dalam penyusunan landasan teori
adalah:
a. Teori yang
digunakan memenuhi tiga kriteria kelayakan teori yaitu:
1. Relevansi,
berarti teori yang dikemukakan sesuai dengan masalah yang diteliti
2. Kemutakhiran,
terkait dengan kebaruan teori atau referensi yang dipakai.
3. Keaslian,
terkait dengan keaslian sumber.
b. Jumlah teori
yang digunakan tergantung pada fokus penelitian yang kita tetapkan.
c. Dalam landasan
teori definisi setiap fokus penelitian dikemukakan ruang lingkup, keluasan,
serta kedalamannya.
d. Tidak perlu
dibuat kerangka teori sebagai dasar untuk perumusan hipotesis karena penelitian
kualitatif tidak menguji hipotesis.
e. Teori-teori
yang dikembangkan bersifat sementara dan akan berkembang atau berubah setelah
kita berada di lapangan.
2.2 Hipotesis
A. Pengertian
Hipotesis
Margono (2004:
80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan
tesis(thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti
pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya
masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah
yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti
atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.
Selain itu,
Sugiono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Kerlinger
(2006: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural)
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil
bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara umum
maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Secara teknis,
hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sumadi
Suryabrata, 1991 : 49). Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan
mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sample (Sumadi
Suryabrata, 2000 : 69). Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel, hipotesis
merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara variabel-variabel (hubugan atau
perbedaan antara dua variabel atau lebih). Ditinjau dalam hubungannya dengan
teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori ilmiah (pada penelitian
kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk
menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).
Berdasarkan
pendapat ahli di atas maka hipotesis adalah pernyataan atau dugaan sementara
dari keadaan populasi yang akan diteliti terhadap masalah yang diajukan.
B. Ciri-ciri
Hipotesis yang Baik
Menurut
Kerlinger (2006: 30) terdapat dua kriteria pernyataan hipotesis baik yaitu :
a.
Hipotesis adalah pernyataan tetang
relasi antara variabel-variabel .
b.
Hipotesis mengandung
implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-hubungan yang
dinyatakan tersebut.
Bersadarkan dua
kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua
variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara jelas dan tegas
cara variabel-variabel tersebut berhubungan (Kerlinger, 2006 : 30).
Menurut Nazir
(2005: 152) hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hipotesis harus
menyatakan hubungan
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang
hubungan-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua
atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat
diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel
tersebut berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama
sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.
b. Hipotesis harus
sesuai dengan fakta
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis
harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat
dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta,
bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok
dengan fakta.
c. Hipotesis harus
berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubunganya
dengan ilmu pengetahuan dan berada
dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan
lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama
sekali.
d. Hipotesis harus
dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan
kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan
yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya
dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang
terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
e. Hipotesis harus
sederhana.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana
dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin
spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan
terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal
yang tidak relevan ke dalam hipotesis.
f. Hipotesis harus
bisa menerangkan fakta.
Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat
menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik
pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan
kemampuan teknologi serta keterampilan menguji dari si peneliti.
Secara umum,
menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua
fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum
alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi
deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.
C. Bentuk Rumusan
Hipotesis
Bentuk-bentuk
hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada
tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparataif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga macam yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif/hubungan (Sugiyono, 2013: 100).
a. Hipotesis
Deskriptif
Menurut
Sugiyono (2013: 100) hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap
masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
Rumusan masalah deskriptif: Berapa lama daya tahan
berdiri karyawan toko lulusan SMK?
Hipotesis deskriptif: Daya tahan berdiri karyawan toko
lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (H0). Hipotesis alternatifnya (Ha)
daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 6 jam/hari. “tidak sama dengan” ini bisa
berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6 jam/hari.
Hipotesis
statistik
H0 : µ
= 6 jam/hari
Ha : µ
≠ 6 jam/hari
µ : adalah
nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
b. Hipotesis
Komparatif
Hipotesis
komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif
(Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasinya
atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar
mahasiswa perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?
Hipotesis komparatif: Berdasarkan rumusan masalah
komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif
sebagai berikut:
Hipotesis nol:
·
H0 : Tidak
terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X dengan
perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasiswa
perguruan tinggi X dan Y
·
H0 : Prestasi
belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau sama dengan
(≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit)
·
H0 : Prestasi
belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) perguruan
tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar)
Hipotesis
alternatif:
·
Ha : Prestasi
belajar mahasiswa perguruan tinggi x lebih besar (atau lebih kecil ) dari
perguruan Y.
·
Ha : Prestasi
belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada
(<)perguruan tinggi Y.
·
Ha : Prestasi
belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar daripada (>) perguruan
tinggi Y.
Hipotesis
statistik
·
µ1 =
rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT X
µ2 =
rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT Y
|
H0 : µ1 =
µ2
Ha : µ1 ≠
µ2
·
H0 : µ1 ≥
µ2
Ha : µ1 <
µ2
·
H0 : µ1 ≤
µ2
Ha : µ1 >
µ2
c. Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis
asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih.
Contoh:
Rumusan Masalah Asosiatif: Adakah hubungan yang positif
dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?
Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
Hipotesis
statistik:
H0 :
p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha :
p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol ada
hubungan.
P = nilai
korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
D. Jenis-jenis
Hipotesis
Ada beberapa
jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis dapat
diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya.
a. Ditinjau dari
rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
1.
Hipoteis kerja, yaitu
hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis.
Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2.
Hipotesis nol atau hipotesis
statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerjadan sering disingkat Ho.
Ada kalanya peneliti merumuskan
hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu
permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho ‘sengaja”
dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk
diterima (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171).
b. Ditinjau dari
proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi
1.
Hipotesis induktif, yaitu hipotesis
yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada
penelitian kualitatif)
2.
Hipotesis deduktif, merupakan
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada
penelitian kuantitatif).
Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori
ilmiah pada hipotesis induktif dan deduktif dapat divisualisasikan
sebagai berikut (Trochim, 2005).
E. Fungsi
Hipotesis
Dalam
penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting
dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti
telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian
dapat dijelaskan sebagai berikut. hipotesis merupakan hal yang sangat berguna.
Terkait dengan hal itu, Furchan (2004: 115) mengungkapkan kegunaan hipotesis
penelitian, yaitu:
a.
Hipotesis memberikan penjelasan
sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya
mengenai masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar
mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar
hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan dan generalisasi
ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola
semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa
arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan
mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan
divalidasi (diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis
dapat membantu kita memperluas pengetahuan.
b. Hipotesis
memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam
penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian
memang dimulai dengan suatu pertanyaan, tatapi hanya hubungan antara
variabel-variabel sajalah yang dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji
pertanyaan “Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan
hasil belajar secara nyata?” Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang
tersirat dalam pertanyaan tersebut: “Komentar guru terhadap hasil pekerjaan
murid menyebabkan meningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara nyata”.
Atau yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima komentar
guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada skor siswa
yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya”.
Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua variabel itu, yaitu
komentar guru dan prestasi siswa.
c. Hipotesis
memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian
hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji
pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada
peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati
adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang
menentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi
pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga
dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi
tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.
d. Hipotesis memberikan
kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia
mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang
relevan dengan hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan
tertulis ini di seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga
membuat penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.
F.
Sumber
Hipotesis
Pendapat
lainnya mengenai sumber hipotesis diungkapkan oleh Good dan Scates (Nazir,
2005: 155). Ia memberikan beberapa sumber yang dapat digunakan untuk menggali
hipotesis, yaitu:
·
Ilmu pengetahuan dan pengertian yang
mendalam tentang ilmu.
·
Wawasan serta pengertian yang mendalam
tentang suatu wawasan.
·
Imajinasi atau angan-angan.
·
Materi bacaan dan literatur.
·
Pengetahuan tentang kebiasaan atau
kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
·
Data yang tersedia.
·
Analogi atau kesamaan.
G.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan untuk
Mengkaji Hipotesis
Nazir (2005:
154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan peneliti
dalam mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur
dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya. Menggali dan
merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Peneliti harus sanggup memfokuskan
permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut
Nazir (2005: 154) dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
a.
Mempunyai banyak informasi tentang
masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
b.
Mempunyai kemampuan untuk memeriksa
keterangan tentang tempattempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan
satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki;
c.
Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan
suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan
bidang yang bersangkutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
berdasarkan pembahasan di atas adalah:
1. Kajian
Pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang
pernah dibuat yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian yang dikaji.
2. Cara
menyusun kajian pustaka dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
·
Sesuai denga tahun penelitian dan sesuai
dengan relevansi dan kedekatan objek
·
Secara deskriptif dan deskriptif
analitis
3. Hipotesis
adalah pernyataan atau dugaan sementara dari keadaan populasi yang akan
diteliti terhadap masalah yang diajukan.
4. Ciri-ciri
hipotesis yang baik adalah harus menyatakan hubungan, sesuai dengan fakta serta
dapat menerangkannya, berhubungan dengan ilmu serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan, dapat diuji, dan sederhana.
5. Jenis
hipotesis ditinjau dari rumusan masalahnya dibedakan menjadi hipotesis kerja
dan hipotesis nol. Sedangkan berdasarkan proses pemerolehannya dibedakan
menjadi hipotesis deduktif dan hipotesis induktif.
6. Hipotesis
berfungsi untuk memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang; memberikan suatu pernyataan
hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian; memberikan arah kepada
penelitian; dan memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). Kajian Pustaka dan Hipotesis,
[Online].Tersedia: ttp://edukasi45
.blogspot.co.id/2015/01/kajian-pustaka-dan-hipotesis.html.
Anonim. (2013). Kajian Pustaka dan Hipotesis, [online].
Tersedia : http:// siutpu-
nya.blogspot.co.id/2013/04/bab-i-pendahuluan-a.html.
Sarwono, J.
(2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Penerbit
Graha Ilmu
Komentar
Posting Komentar