Makalah Asesmen Respon Terbatas (Tes Objektif) dan Tes Uraian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Assesmen
dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk memperoleh sejumlah
informasi mengenai perkembangan siswa selama kegiatan pembelajaran sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk mengetahui dan memperbaiki
proses maupun hasil belajar siswa. Dalam konteks pendidikan, pelaksanaan secara
asesmen di sekolah merupakan bagian dari proses pembelajaran yakni refleksi
pemahaman terhadap perkembangan atau kemajuan siswa secara individual.
Pelaksanaan asesmen di sekolah-sekolah dapat meliputi kegiatan mengamati,
mengumpulkan, memberi skor/penilaian, mendeskripsikan dan menginterprestasi
informasi mengenai proses pembelajaran.
Assesmen
dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas individu
dan menilai keaktifan siswa tersebut belum mampu membuat siswa memiliki
keterampilan menganalisis. Hal ini juga
diungkapkan oleh guru yang bersangkutan bahwa keterampilan menganalisis siswa
sebagian besar masih sangat rendah bahkan belum memilikinya.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1.
Apa yang di
maksud dengan asesmen?
2.
Apa saja yang
dimaksud dengan asesmen respon terbatas dan jenis-jenis asesman respon
terbatas?
3.
Apa saja
kelebihan dan kekurangan penggunaan asaesmen respon terbatas?
4.
Apa yang di
maksud dengan tes uraian beserta jenis-jenisnya?
5.
Apa saja
kelebihan dan kekuranagn tes uraian ?
1.3 Tujuan Penulisan
Bersdasarkan rumusan masalah yang
ada, adapaun tujuan penulisan makalh ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
asaesmen
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan asesmen respon
terbatas dan jenis-jenis asesmen respon terbatas
3. Untuk mengetahu kelebihan dan kekurangan penggunaan
asesmen respon terbatas
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan tes
uraian dan jenis-jenis tes uraian tersebut
5. Unruk mengetahui kelebihan dan kekurangan tes
uraian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Asesmen
Istilah asesmen (assessment) dalam Stiggins (1994)
sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes).
Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai ”The process of
collecting data which is shows the develompment of learning”. Menurut Depdiknas
(2005) : Asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
asesmen untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Dengan
demikian dapat disimpukan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan
hal yang penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tidak
dapat dikesampingkan. Asesmen juga merupakan kegiatan pengumpulan bukti yang
dilakukan secara sengaja, sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk
menilai kompetensi siswa.
Asesmen menjawab pertanyaan tentang sebaik apa atau
prestasi belajar seorang peserta didik. Assesmen respon terbatas yaitu bentuk
assesment dengan hanya satu pilihan jawaban yang tepat. Assesment respon
terbatas umumnya lebih dikenal dengan istilah “penilain objektif atau tes
objektif”. Assesmen ini merupakan salah satu jenis tes yang menilai hasil
belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh
tesee/siswa dengan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan
menuliskan (mengisikan)jawabanya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu
pada temppat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item
yang bersangkutan.
2.2
Asesmen Respon Terbatas
Assesment respon terbatas umumnya lebih dikenal
dengan istilah “penilain objektif atau tes objektif”. Assesmen ini merupakan
salah satu jenis tes yang menilai hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh tesee/siswa dengan memilih salah satu
(atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan)jawabanya berupa
kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada temppat atau ruang yang telah
disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.Adapun teknik
asesmen yang dapat digunakan yaitu respon terbatas (selected respon) yang
termasuk di dalamnya bentuk tes pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dan melengkapi,isian
singkat.
a.
Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk
penilaian objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang belum
selesai dan untuk menyelesaikannya harus memilih salah satu (atau lebih) dari
kemungkinan respon yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan (Anas,2009). Tes pilihan ganda
terdiri atas dua bagian yaitu stem serta option respon. Stem adalah bagian
pokok dari soal yang merumuskan isi soal. Stem ini bisa berbentuk pernyataan,
perintah maupun kalimat tidak sempurna.
Option respon atau pilihan
jawaban terdiri atas satu jawaban benar.
Contoh :
Buyung, Wak Katok, dan Pak Haji adalah para pelaku
dalam novel….
A.
Maui dan Cinta
B.
Harimau! Harimau!*)
C. Pada
Sebuah Kapal
D.
Tanah Gersang
Pernyataan yang belum lengkap tersebut tidak harus
berada di akhir pernyataan, melainkan bisa juga berada di tengah. Akan tetapi,
disarankan sebaiknya tidak ditempatkan pada posisi awal pernyataan yang perlu dijawab.
Contoh
:
Ia
tidak menyadari... gerak-geriknya diawasi polisi.
A. karena
B. asai
C. bahwa*)
D. supaya
Pernyataan yang diajukan dapat juga berupa sebuah
pernyataan yang lengkap, bahkan mungkin sebuah wacana. Dalam hal pernyataan
seperti ini, altematif jawaban yang disediakan mungkin berupa komentar terhadap
pernyataan itu, pernyataan lain yang isinya sesuai, inti masalah pernyataan
itu, atau yang lain. Tes pilihan ganda jenis ini sudah melibatkan aktivitas
berpikir yang lebih tinggi daripada dua contoh yang di atas.
Contoh:
Mungkin
salah satu pelajaran yang bisa ditarik dari musibah ini ialah pada saat-saat
tertentu kita memang harus tergugah dari yang serba rutin, dan kembali
menggugat, apakah yang kita lakukan selama ini memang tidak bisa diperbaiki
lagi.
a.
Suatu bentuk
kerutinan haruslah ditinjau lagi untuk, kalau masih bisa, ditingkatkan lagi.
b.
Suatu bentuk
kerutinan pada saat-saat tertentu akan menggugah kita untuk kembali menggugat.
c.
Suatu bentuk
kerutinan dapat memberi pelajaran kepada kita untuk berusaha memperbaikinya.
d.
Suatu bentuk
kerutinan akan menggugah dan menggugat kita untuk berusaha memperbaikinya.
Tentang banyaknya altematif jawaban (opsi) yang
harus disedia¬kan, tidak ada ketentuan yang pasti. Namun, yang sering dilakukan
orang adalah berkisar 3, 4, atau 5 buah, dan paling banyak ditemukan adalah 4
buah. Semakin banyak altematif jawaban yang disediakan, semakin sulit suatu
butir soal dan semakin kecil kemungkinan tepatnya jawaban peserta didik yang
hanya berspekulasi. Akan tetapi, perlu dipertimbangkan bahwa membuat lima
altematif jawaban dengan baik juga tidak mudah dilakukan.
Kelebihan dan Kelemahan.Bentuk tes pilihan ganda
tepat untuk mengukur hasil belajar dalam kompetensi berpikir jenjang sederhana
seperti ingatan, pemahaman, dan penerapan. Untuk mengukur jenjang berpikir yang
lebih kompleks, bukannya tidak bisa dilakukan, hanya hal itu tidak mudah
disusun butir-butir tesnya dalam bentuk pilihan ganda. Barangkali hal inilah
yang perlu dipertegas lagi tentang kelemahan tes pilihan ganda. Namun, selain
itu, sebenarnya tes bentuk apa pun yang diutamakan harus secara tepat mengukur
kompetensi dasar dan indikator hasil pembelajaran.
Untuk mengatasi kelemahan di atas, kita dapat
menyusun tes bentuk pilihan ganda secara bervariasi, misalnya tes yang berupa
tinjauan kasus, analisis hubungan sebab akibat, melengkapi berganda, dan
membaca diagram atau tabel. Butir soal yang berupa tinjauan kasus menuntut
peserta didik untuk mampu menilai, tingkatan evaluasi, sedang analisis hubungan
sebab akibat menuntut peserta didik untuk menghubungkan antara dua hal,
ting¬katan sintesis.
Kedua contoh yang diberikan berikut adalah: (1)
model tinjauan kasus dan (2) melengkapi berganda.
Contoh.
Hari-hari berkabung menekan jiwa anak-anakku semua.
Tetapi segera aku menyadari, jika aku pun hanyut dalam dukana yang tak
habis-habisnya, bukan saja aku menjerumuskan anak-anakku sendiri ke dalam
jurang dan lembah pesimisme. Bukan itu saja. Bahkan, yang paling hakiki, jika
aku berkabung tanpa batas, berarti aku telah berdosa. Aku telah berburuk sangka
pada Tuhan.
(Motinggo Busye, Rindu Ibu adalah Rinduku)
a.
Tokoh “aku”
bersifat keras, sederhana, bertanggung jawab, dan sayang kepada anak-anak.
b.
Tokoh “aku” bersifat
lemah lembut, bertanggung jawab, sentimental, takwa pada Tuhan.
c.
Tokoh “aku”
berwatak keras, selalu optimis, tidak mudah mencurigai orang, tidak berburuk
sangka pada Tuhan.
d.
Tokoh “aku”
bersifat bertanggung jawab, sadar pada kenyataan, dan sangat taqwa kepada
Tuhan.
Novel
Belenggu pada waktu itu ditolak oleh penerbit Balai Pustaka untuk diterbitkan
karena alasan-alasan sebagai berikut
1.
Menampilkan
pertentangan antara suami dan istri.
2.
Menampilkan
tokoh teladan yang tak dapat diteladani
3.
Mengandung unsur
politik yang membahayakan pemerintah.
4.
Cerita
meloncat-loncat dan karenanya sulit untuk diikuti.
Petunjuk pengerjaan soal model ini biasanya berpola,
pilihlah:
a.
Jika (1), (2),
dan (3) benar
b.
Jika (1) dan (3)
benar
c.
Jika (2) dan (4)
benar
d.
Jika (4) saja yang benar
e.
Jika (1), (2),
(3), dan (4) benar
Petunjuk pengerjaan soal biasanya diletakkan di
bagian depan atau sebelum butir-butir soal model itu diberikan. Saran
Penyusunan Tes Pilihan Ganda. Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang paling populer
dan banyak dipergunakan orang dalam berbagai jenis ujian. Jika bermaksud
menyusun tes hasil belajar dalam bentuk ini, saran-saran berikut perlu
diperhatikan. Beberapa saran yang dimaksud antara lain sebagai berikut.
§ Pernyataan pokok (stem)hendaknya hanya berisi satu
permasalahan. Permasalahan mungkin kompleks, tetapi penyajiannya harus jelas
dan tidak membingungkan.
§ Tiap satu butir soal hanya ada satu altematif
jawaban yang (paling) tepat. Altematifjawaban yang lain yang berlaku sebagai
pengecoh harus menunjukkan unsur tertentu yang memang salah. Selain itu, harus
pula dihindari adanya butir pengecoh yang memunyai kemung- kin benar sehingga
“menyaingi” atau masih dapat diperdebatkan dengan jawaban yang benar.
Contoh:
Kalimat ’’Semua organisasi-organisasi di Indonesia
harus berazaskan Pancasila” mengandung gejala....
A. Pleonasme
B. Kontaminasi
C. Analogi
D. Hiperkorek
Altematif A
dimaksudkan oleh penyusun sebagai jawaban yang benar dengan mendasarkan diri
pada frase “semua organisasi- organisasi” yang jelas pleonastis. Akan tetapi,
altematif D juga bisa benar karena ada bentuk “azas” yang semestinya ”asas”
yang berarti mengandung gejala hiperkorek.
§ Semua altematif jawaban yang disediakan harus
memunyai hubungan gramatikal yang benar atau sesuai dengan pernyataan.
Altematif yang tidak dapat dirangkaikan dengan pernyataan akan mudah ditebak
sebagai jawaban yang salah. Dalam kaitan ini, penyusun alat tes harus sabar
sekali lagi meneliti kesesuaian semua opsi tersebut dengan stem.
§ Panjang tiap opsi hendaknya kurang lebih sama.
Adanya opsi yang jauh lebih panjang atau pendek daripada opsi-opsi yang lain
akan mudah ditebak sebagai jawaban yang benar atau salah. Selain itu, ia juga
akan mengurangi kadar face validitysoal tes yang bersangkutan.
§ Kita harus menghindari pemberitahuan jawaban yang
benar secara tidak langsung yang mungkin terlihat pada butir-butir soal
barikutnya, oleh karena itu, antara soal yang satu dengan yang lain hendaknya
tidak ada saling kaitan.
Contoh:
“Sampai sekarang
ia belum juga menyadari kesalahannya”, predikat kalimat ini berupa ....
a.
Kata kerja
b.
Kata kerja aktif
c.
Kata kerja aktif
transitif
d.
Kata kerja aktif
intransitif
Objekkalimat
nomor 1 di atas ialah:
a.
Ia
b.
Kesalahan
c.
Kesalahannya
d.
–nya
Karena butir soal
nomor 2 menanyakan objek, secara tidak langsung hal itu memberitahukan jawaban
yang betul untuk nomor 1 adalah C. Kita boleh saja mengambil kalimat yang sama
untuk butir soal berikutnya, tetapi harus lengkap dan menyangkut pertanyaan
yang lain sama sekali.
§ (Jumlah
jawaban benar untuk masing-masing opsi hendaknya kurang lebih sama dan hindari
adanya jawaban benar yang berpola tertentu. Jika jumlah butir soal ada 60 buah,
jawaban yang benar untuk opsi A, B, C, dan D masing-masing 15 buah, dan jangan,
misalnya, aa, bb, cc, dd„ atau yang lain yang membentuk pola tertentu.
Penentuan Skor. Cara menentukan skor peserta
didik dapat dilakukan dengan memergunakan rumus tanpa tebakan dan dengan
tebakan.
§ Rumus tanpa tebakan Rumus: S = R
S: skor, R
(right): jumlah jawaban betul; jadi, untuk memeroleh skor seorang peserta
didik, kita hanya menghitung jumlah jawaban yang benar saja.
§ Rumus tebakan
S = R-(
)
W (wrong): jumlah jawaban yang salah, n jumlah
alternatif jawaban(opsi)
Contoh:
Seorang peserta
didik mengerjakan dengan betul 42 butir dari 60 buah soal yang ada, dengan
altematif jawaban 4. Itu berarti jawaban salah ada 18 buah.
Skor peserta didik ituadalah: 42 - (18:3) =
36
b.
Tes benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes terdiri dari
sebuah pernyataan yang memunyai dua kemungkinan: benar atau salah. Peserta
didik sebagai pihak yang dites harus memahami betul pernyataan-pernyataan yang
dihadapkan kepadanya. Jika peserta didik menganggap sebuah pernyataan benar, ia
diminta untuk manjawab B (benar) atau ya. Sebaliknya, jika menganggap bahwa
pernyataan itu salah, mereka diminta menjawab S (salah) atau tidak.
Ada
beberapa pertimbangan tentang dipergunakannya tes bentuk benar salah sebagai
alat ukur hasil belajar peserta didik. Pertimbangan- pertimbangan yang dimaksud
mendasarkan diri pada alasan-alasan (Ebel, 1979:111) bahwa: (1) pencapaian
hasil belajar yang esensial adalah penguasaan pengetahuan verbal, (2) semua
pengetahuan verbal dapat diekspresikan dalam bentuk proposisi, (3) proposisi
adalah sebentuk pernyataan (kalimat) yang dapat dinyatakan secara benar atau
salah, dan (4) pengetahuan peserta didik dalam suatu bidang dapat diukur dengan
kemampuannya menilai proposisi yang berkaitan dengan bidang yang bersangkutan.
Berdasarkan
alasan-alasan tersebut tes benar salah tentunya juga dapat dipakai untuk
mengukur hasil belajar yang meliputi kompetensi dasar, indikator, atau bahan
ajar tertentu. Berikut dikemukakan beberapa contoh.
1)
B – S Bahasa Indonesia termasuk rumpun
Austronesia.
2)
B – S WS Rendra dikenal sebagai seorang penyair
dan dramawan yang kritis dan suka mengritik berbagai penyimpangan terhadap
kebenaran.
3)
B – S Kalimat “Disebabkan oleh karena belum
menyelesaikan tugas, ia tidak berani masuk sekolah’’ mengandung gejala
pleonasme.
4)
B – S Salah satu jenis puisi lama yang terdiri
dari empat baris dengan baris pertama kedua sampiran, sedang baris ketiga dan
keempat isi adalah syair.
Penggunaan
tes benar-salah mempunyai beberapa keuntungan, namun sebaliknya, juga memunyai
beberapa kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang dimaksud antara lain sebagai
berikut:
Kelebihan.
1)
Berhubung
pertanyaan singkat, tes benar salah dapat mencakup bahan yang luas
2)
Penyusunan tes
benar salah mudah dilakukan
3)
Peserta didik
dengan cepat dapat memahami petunjuk pengerjaan soal
4)
Guru dapat
memeriksa pekerjaan peserta didik dengan cepat dan objektif.
Kelemahan
1) Pernyataan yang kurang tepat akan membingungkan
peserta didik
2) Jawaban yang benar atau salah kadang-kadang mudah
ditebak
3) Kemungkinan adanya peserta didik yang bersikap
untung- untungan cukup besar
4) Penyusunan butir soal yang mengukur kompetensi
berpikir proses dan jenjang tinggi tidak mudah dilakukan.
Saran
Penyusunan Tes Benar Salah. Jika kita bermaksud menulis soal tes yang berbentuk
benar salah, beberapa saran di bawah ini perludiperhatikan. Saran-Saran yang
dimaksudkanantara lain sebagai berikut.
1. Pernyataan jangan terlalu kompleks dengan berisi
beberapa konsep sekaligus yang mungkin kurang berkaitan. Pernyataan yang
kompleks bisa saja dipergunakan asai kaitan antara konsep-konsep yang ada jelas
dan mudah diikuti.
Contoh :Karena sajak-sajaknya menunjukkan adanya
perloncatan isi dan bentuk, baik yang mencakup ketepatan bentuk, arti, bunyikan
gaya bahasa, serta imaji-imaji yang ditimbulkannya dari sajak para penyair
sebelumnya, Khairil Anwar diakui sebagai pelopor angkatan’45.
Salah
Karena penulisan sajak-sajaknya baik yang menyangkut
bentuk maupun isi menunjukkan adanya penolakan dari penyair sebelumnya, Khairil
Anwar diakui sebagai pelopor angkatan’45.
Benar.
2. Pernyataan
hendaknya tidak mempergunakan kata-kata tertentu yang memungkinkan untuk mudah
ditebak atau yang dapat menimbulkan perdebatan. Misalnya, kata-kata seperti
semua, selalu, tidak pernah, tidak mungkin, dan sebagainya. Penggunaan dua
tanda negatif juga perlu dihindarkan.
Contoh
:
Semua
roman angkatan Balai Pustaka tidak ada yang beralur flash back.
Salah
Roman
karya angkatan Balai Pustaka pada umumnya beralur progresif.
Benar
3. Pernyataan jangan mengutip apa adanya (kutipan
secara verbatim) dari buku. Penggunaan pernyataan yang dikutip secara verbatim
akan menimbulkan kecenderungan peserta didik menghafalkan buku secara
verbalistis.
4. Jumlah pernyataan yang benar dan yang salah harus
seimbang, separuh benar dan separuh salah. Hal itu dimaksudkan untuk mengatasi
adanya kemungkinan peserta didik yang hanya menjawab benar atau salah semua
secara asai.
5. Kemungkinan jawaban benar dengan pola-pola tertentu
harus dihindari, misalnya B-S-B-S-B-S, BB-SS-BB-SS, atau B semua kemudian S
semua atau sebaliknya.
6. Penentuan Skor.Penentuan skor peserta didik dapat
dilakukan dengan dua macam cara, yaitu dengan rumus tanpa tebakan dan rumus
dengan tebakan. Penggunaan rumus tebakan dilakukan jika kita ingin “mendenda”,
yaitu berdasarkan asumsibahwa dari sekian jumlah jawaban yang benar itu ada
yang hanya dijawab secara untung-untungan.
§ Rumus tanpa tebakan:
Rumus
: S=R
S: skor, dan R
(right): jumlah jawaban betul. Jadi untuk memeroleh skor peserta didik kita
hanya menghitung jumlah jawaban yang betul.
§ Rumus Tebakan Rumus: S=R-W
W (Wrong):
jumlah jawaban salah. Jadi, kita menghitung jawaban betul kemudian dikurangi
jawaban yang salah.
Contoh:Seorang
peserta didik mengerjakan dengan betul 18 butir soal dari 20 butir yang ada,
berarti ada 2 yang salah. Skor anak itu adalah 18- 2=16.
Penggunaan rumus
tebakan ini bisa menghasilkan skor negatif bagi peserta didik yang jumlah
betulnya kurang dari jumlah separuh soal.
c.
Tes isian singkat
Tes
Tes isian melengkapi atau menyempurnakan merupakan suatu bentuk tes objektif
yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang sengaja dihilangkan sebagian
unsumya, atau yang sengaja dibuat tidak lengkap. Unsur yang dihilangkan atau
belum ada itu merupakan hal penting yang ada pada diri peserta didik. Untuk
mengerjakan bentuk soal tersebut, peserta didik harus mengisi bentuk kata atau
pernyataan tertentu yang tepat. Isian jawaban itu hanya berisi satu atau
beberapa kata saja.
Berbeda
halnya dengan kedua bentuk tes objektif di atas, dalam bentuk tes isian ini
peserta didik dituntut untuk menemukan sendiri isi jawaban yang benar karena
belum disediakan dalam tes. Untuk menghindari jawaban peserta didik bisa
bervariasi, sebaiknya dibuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah pasti.
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan butir- butir soal ini relatif lebih
panjang daripada kedua bentuk tes objektif di atas. Berikut dikemukakan
beberapa contoh tes melengkapi.
·
Sebuah alinea yang dimulai dengan paparan
gagasan dan diikuti gagasan penjelas disebut alenia ....
·
Sebuah alinea yang diakhiri dengan gagasan
pokok yang merupakan penyimpulan gagasan sebelumnya disebut alenia ..
·
Novel ... karya Mochtar Lubis bercerita
tentang masalah takut yang begitu menghantui salah seorang tokoh utamanya,
yaitu Guru Isa.
Bentuk tes melengkapi tidak
harus disusun kalimat per kalimat seperti dicontohkan di atas, melainkan dapat
terdiri dari sebuah wacana yang kemudian dihilangkan sejumlah bagiannya. Contoh
:
Tokoh dalam cerita fiksi
yang hanya ditampilkan dengan karakter yang tidak pernah berubah dari awai
hingga akhir cerita disebut tokoh (1)..., sedang tokoh yang karakternya
bervariasi dan sering ada kejutan-kejutan disebut tokoh (2) .... Dilihat dari
segi alur, alur fiksi yang dimulai urut dari tahap awai, pertikaian, dan
pelaraian disebut alur (3) ..., sedang alur yang dimulai dengan cerita masa
kini dan kemudian ke masa lalu disebut alur (4) .... dan seterusnya.
Saran penyusunan tes isan.
Ada beberapa hal yang perl dipertimbangkan dalam penyusunan tes melengkapi.
Berikut adalah saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan :
1.
Tiap satu pertanyaan yang berisi tempat
kosong harus dijawab peserta didik hanya harus berisi satu kemungkinan jawaban
yang benar. Adanya kemungkinan jawaban yang benar yang lebih dari sebuah,
disamping membingungkan peserta didik juga akan mempersulit kita untuk
memeriksanya.
2.
Kutipan dari buku yang bersifat verbatim
hendaknya dihindari karena hal itu akan menimbulkan sikap menghafal peserta
didik tanpa disertai pengertian.
3.
Pemberian tempat kososng atau titik-titik
hendaknya sama panjang agar tidak menimbulkan penafsiran tertentu pada pihak
peserta didik. Titik-titik di tengah kalimat sebaiknya berjumlah tiga, sedang
di akhir kalimat empat buah karena yang sebuah berlaku sebagai titik akhir kalimat.
4.
Tempat kosong sebaiknya tidak ditempatkan di
awai kalimat karena hal itu kurang mendorong lancamya pemikiran peserta didik.
5.
Penentuan Skor. Cara untuk menentukan skor
peserta didik untuk tes jenis isian ini tidak mengenal adanya rumus tebakan,
melainkan dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban betul saja.
Dengandemikian, rumus tes isian berupa:
Rumus : S = R dengan ; S: skor, dan R (right): jumlah
jawaban betul
d. Tes menjodohkan
Dalam bentuk tes penjodohan peserta didik dituntut untuk menjodohkan,
mencocokkan, menyesuaikan, atau menghubungkan antara dua pernyataan yang
disediakan. Pernyataan biasanya diletakkan dalam dua lajur, lajur kiri dan
lajur kanan, lajur kiri berupa pernyataan pokok (stem) atau pertanyaan, sedang
lajur kanan merupakan “jawaban” atas pernyataan di lajur kiri.
Pernyataan
di lajur kiri mungkin berupa pernyataan atau kalimat yang belum lengkap, dan
pelengkapnya diletakkan di lajur kanan. Jadi, tes penjodohan
tidak ubahnya dengan tes isian atau pilihan berganda. Perbedaannya, dalam tes penjodohan
semua alternatif jawaban telah disediakan walau disusun secara acak, dan
peserta didik tinggal memilih atau menjodohkan jawaban-jawaban yang sesuai.
Pernyataan di lajur kiri mungkin berupa pernyataan-pernyataan lengkap, sedang
pernyataan di lajur kanan berupa tanggapan atau responnya. Jumlah alternatif pernyataan di lajur kanan dapat sama dengan jumlah
pernyataan di lajur kiri atau lebih. Jika jumlah alternatif di
lajur kanan lebih banyak daripada di lajur kiri, soal penjodohan itu akan lebih
sulit berhubung ada jawaban yang tidak terpakai. Sebaliknya, jika jumlah
pernyataan di kedua lajur itu sama, ada juga kemungkinan jawaban yang benar
yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seorang peserta didik mampu
mengerjakan butir-butir soal penjodohan sebanyak STbuah dari 10 buah soal yang
ada, dan tinggal 2 butir yang belum mampu dijawab. Kedua butir yang tersisa itu
walau dimasukkan secara asai, ada kemungkinan betul. Oleh karena itu,
penambahan butir pernyataan di lajur kanan akan, memerkecil kemungkinan yang
bersifat kebetulan tersebut. Di bawah ini dicontohkan tes penjodohan
seperti dibicarakan di atas. Contoh Soal Tes Penjodohan
PERNYATAAN
|
JAWABAN
|
Benda yang bisa terasa panas
|
Uap
|
Bentuk air jika didinginkan
|
Api
|
Bentuk air jika dipanaskan
|
Es
|
Saran Penyusunan Tes
Penjodohan. Jika ingin menyusun soal tes yang berbentuk penjodohan, hal-hal
yang disarankan berikut perlu diperhatikan.
(1)
Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu
unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis. Misalnya, kita bermaksud
membuat tes untuk bahan ajar kesastraan, struktur dan kosakata, atau kemampuan
menulis, sebaiknya masing-masing bahan ajar tersebut dijadikan saatu unit
tersendiri, misalnya dengan delapan butir soal sehingga jumlah keseluruhan 24 butir
soal.
(2)
Butir-butir jawaban di lajur sebelah kanan
harus pendek, tidak bersifat tumpang tindih, satu butir jawaban hanya tepat
dihubungkan dengan satu pernyataan yang ada di lajur kiri. Jadi, ada perbedaan
yang pilah di antara tiap butir pernyataan dan jawabannya, karena kemampuan
peserta didik untuk dapat membedakan ini pulalah yang menjadi tujuan tes
penjodohan.
(3)
Jumlah butir jawaban di lajur kanan hendaknya
lebih banyak daripada jumlah pernyataan di lajur kiri. Misalnya, jika ada 8
buah pertanyaan, jawabanya ada 10 buah. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan adanya jawaban peserta didik yang bersifat kebetulan.
(4)
Jumlah butir soal untuk satu unit tes
penjodohan jangan terlalu banyak atau sedikit karena hal itu akan menyebabkan
tes menjadi terlalu sulit atau terlalu mudah. Jumlah per unit sebaiknya
berkisar antara 6-10 butir.
(5)
Penentuan Skor. Skor peserta didik ditentukan
berdasarkan jumlah jawaban betul karena untuk tes penjodohan tidak dipergunakan
rumus dengan tebakan.
Rumus : S = R
S: skor, R (right): jumlah
jawaban betul.
2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Penggunaan Assesmen Respon Terbatas
Kelebihan
teknik assesmen respon terbatas adalah :
·
Mempermudah
guru untuk segera mendapatkan hasil assesmen nya, mudah mengoreksinya. Hasil
ujian dengan model ini dapat segera diketahui. Oleh karena bentuk assesmen ini
bnyak digunakan di dunia pendidikan.
·
Pengoreksian
dapat diserahkan orang lain, atau dengan komputer.
·
Dalam
pengoreksian tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
·
Materi
bahan yang diujikan cukup luas, sehingga jumlah soal bisa banyak dan dapat
mencapai target kurikulum.
·
Jumlah
banyaknya siswa tidak menjadi masalah
Kekurangan teknik assesmen respon terbatas
adalah :
·
Kita
tidak dapat mengetahui apakah jawaban melalui assesmen respon terbatas ini murid
benar benar mempunyai pengetahuan yang mendalam atau menerka saja.
·
Kita
tidak dapat menjamin apakah jawaban merupakan jawaban kerja sama atau bukan
·
Membuat
soal jenis assesmen respon terbatas untuk keempat jenis diatas adalah sangat
sulit dan membutuhkan waktu yang cukup banyak.
·
Soal
yang dibuat cenderung mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali
·
Membatasi
tingkat kreatifitas murid dalam menjawab pertanyaan
·
Tidak
cukup untuk menjelaskan proses berfikir murid ketika kata kerja diatas biasanya
menguji satu sasaran penalaran
2.4 Tes
Uraian
Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata – kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini
dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa
tulisan.
a. Jenis
– jenis Tes Uraian
Bentuk
tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas
(berstruktur).
a) Uraian
bebas (Free Essay)
Dalam
uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu
sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan
apabila bertujuan untuk :
1)
Mengungkapkan
pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan
intensitasnya.
2)
Mengupas
suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada
satupun jawaban yang pasti.
3)
Mengembangkan
daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Kelemahan
tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit
menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru
sebagai penilainya.
Contoh:
1. Bagaimana perkembangan komputer di
Indonesia, Jelaskan dengan singkat !
2. Bagaimana peran komputer dalam pendidikan ?
b) Uraian
terbatas (berstruktur).
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas.
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal – hal tertentu atau ada
pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi : ruang lingkupnya, sudut
pandang menjawabnya, dan indikator – indikatornya.
Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan
lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga
lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan.
Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih terarah dan lebih
tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas.
Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk
tes uraian yang disebut soal – soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang
sebagai bentuk antara soal – soal objektif dengan soal – soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat
terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur
pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.
Contoh :
1.
Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah
pesawat komputer !
2.
Sebutkan 5 komponen dalam komputer ?
b. Syarat
Menyusun Soal Bentuk Uraian
Agar
diperoleh soal – soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat
penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal – hal berikut :
a)
Dari
segi isi yang diukur
Segi
yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya
pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek
kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau
pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas
tersebut.
Setelah
abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam
memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang
esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial adalah
materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk penguasaan materi
lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial dikuasai, maka secara
keseluruhan siswa akan mengetahui aspek – aspek yang berkenaan dengan konsep
tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari yang mudah
menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang sederhana menuju kepada yang
lebih kompleks. Gunakan bentuk uraian terbatas atau yang berstruktur.
b)
Dari
segi bahasa
Gunakan
bahasa yang baik dan benar sehingga muda diketahui makna yang terkandung dalam
rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang
ditanyakan.
c)
Dari
segi teknis penyajian soal
Hendaknya
jangan mengulang – ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk
asibilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih
komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia
untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat
kesulitan soal. Soal – soal yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar.
Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang
diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman
demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek
materi, konsep lebih sulit daripada fakta.
d)
Dari
segi jawaban
Setiap
pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan,
minimal pokok – pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap
soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau
kurang memadai.
2.5 Kelebihan
dan Kelemahan Tes Uraian
a.
Kelebihan
Adapun
kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :
1)
Dapat
mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
2)
Dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa.
3)
Dapat
terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis,
analitis, dan sistematis.
4)
Mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
5)
Adanya
keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
b.
Kekuranagn
Dilain
pihak kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah :
2)
Sampel
tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua
bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat
menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
3)
Sifatnya
sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam
cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal – hal yang menarik
baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya.
4)
Tes ini
biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya
memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya
relatif besar.
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
·
Assesmen
respon terbatas responas yaitu bentuk assesment dengan hanya satu pilihan
jawaban yang tepat
·
Karena
assesmen respon terbatas merupakan bentuk assesmen yang hanya dengan satu
pilihan jawaban tepat, hal ini mempermudah guru untuk mengoreksi hasil evalusi
siswa. Namun, penggunaan teknik assesmen ini terdapat pula kelemahannya yaitu
guru sulit mengontrol pengetahuan yang dimiliki murid, karena penilaian melalui
hasil evaluasi dalam bentuk soal tidak 100 persen meyakinkan dari hasil si anak
belajar
·
Adapun
jenis jenis assesmen respon terbatas (selected respon) yaitu dalam bentuk tes
pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dan melengkapi,isian singkat.
·
Tes
uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes
uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain
yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata – kata
dan bahasa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2016). Perbedaan Tes Objektif dan
Subjektif, [Online]. Tersedia: https://-
Oktober 2017 ]
Hidayat,
S. (2017). Asesmen Respon Terbatas/
Pengelolaan Pendidikan, [Online].
defaultvmlo.html. [ 18 Oktober 2017]
Puspa,
S. (2013). Makalah Asesmen dan Evaluasi,
[Online]. Tersedia: http://septiani-
Rizky, A. (2014). Perbedaan dari Tes
Uraian (Esaaay) dan Tes Objektif, [Online].
uraian-essay-dan-tes.html. [
19 Oktober 2017 ]
Wijaya, A. (2011).Jenis-Jenis Tes Objektif dan Subjektif, [Online]. Tersedia: http://-
Komentar
Posting Komentar